Jl. Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading - Jakarta 14250
T. (+6221) 4521001, 4520201    F. (+6221) 4520578
E. gadingpluit@gadingpluit-hospital.com
IG. gadingpluithospital

Gawat Darurat: (+6221) 4-5858-258

Terapi Terkini Mengatasi Depresi dan Depresi yang Sulit Diterapi (Treatment Resistant Depression)

Terapi Terkini Mengatasi Depresi dan Depresi yang Sulit Diterapi (Treatment Resistant Depression)

Kita mungkin sudah sangat familiar dengan istilah depresi, dan mungkin sudah mengetahui bahwa depresi adalah perasaan sangat sedih atau suasana hati yang buruk. Mayoritas dari kita pernah merasakan depresi pada berbagai momen dalam hidup kita sebagai suatu emosi yang alamiah. Beruntungnya, pada sebagian orang saat-saat depresi tersebut dapat reda dan kemudian tidak merasakan dampak yang berarti pada hidup mereka. Namun, tahukah Anda bahwa pada sebagian orang, depresi yang dialami dapat menjadi suatu gangguan berat yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan mental?

Pada mereka yang mengalami depresi dan merasakan gangguan yang bermakna dalam hidup akibat depresi ini, perlu diwaspadai kemungkinan menderita gangguan depresi mayor. Mari kita mengenali lebih lanjut apa itu Gangguan Depresi Mayor.

 

Ciri-ciri dan Gejala-gejala Gangguan Depresi Mayor

Dalam ilmu psikiatri, untuk mendiagnosis apakah seseorang mengalami gangguan depresi mayor, perlu diketahui apa saja gejala-gejala yang dialami. Gangguan depresi mayor tidak hanya merupakan gangguan emosional atau suasana hati, namun seseorang yang mengalami gangguan depresi mayor juga umumnya menunjukkan gejala, fisik, psikis, dan sosial yang khas. Berikut ini adalah daftar gejala-gejala yang mungkin dialami:

  1. Gejala Psikis
    - Rasa sedih / murung, atau rasa hampa yang terus - menerus,
    - Hilang minat terhadap hobi, aktivitas, atau hal-hal yang sebelumnya membawa kebahagiaan atau disukai.
    - Rasa putus asa dan pesimis
    - Rasa bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya/tidak berguna
    - Tidak tenang dan gampang tersinggung
    - Sulit berkonsentrasi, mengingat, dan/atau memutuskan
    - Berpikir ingin mati atau bunuh diri

  2. Gejala Fisik
    - Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
    - Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
    - Energi turun atau menghilang, kelelahan, menjadi lamban
    - Melakukan usaha/tindakan untuk bunuh diri, seperti melukai diri sendiri

  3. Gejala Sosial
    - Menurunnya aktivitas social sehari-hari,
    - Menarik diri, menyendiri

Penyandang Gangguan Depresi Mayor akan mengalami beberapa gejala di atas (tidak hanya satu gejala), dan ini dirasakan selama setidaknya 2 minggu.

 

Penyebab dan Dampak Depresi

Tidak ada penyebab tunggal pada gangguan depresi mayor.Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan berbagai faktor biologis, psikologis, dan social sebagai penyebab depresi dan faktor-faktor ini dapat saling berkelin dan atau berinteraksi satu dengan lainnya.

Gangguan depresi mayor adalah suatu penyakit atau kondisi medis, dimana terjadi kelainan proses senyawa-senyawa kimia pada saraf otak yang dikenal dengan istilah neurotransmiter. Sayangnya, pada kalangan tertentu di masyarakat masih ada pandangan yang salah bahwa gangguan ini lebih dikaitkan dengan hal-hal lain, misalnya kelemahan dalam kepribadian ataupun masalah dengan iman orang tersebut. Yang pasti, kondisi yang dialami ini membawa dampak buruk atau kerugian besar pada kehidupan sehari-hari pasien misalnya, dalam aspek fungsi sosial, pekerjaan, ataupun area kehidupan lainnya. Kerugian yang paling tidak diinginkan adalah jika sampai terjadi ide dan bahkan tindakan percobaan bunuh diri yang mana, ini adalah salah satu gejala khas dari gangguan depresi mayor dan merupakan kegawatdaruratan (kasus emergensi) di bidang psikiatri.

 

Kekerapan kejadian di Indonesia

Berdasarkan data riset kesehatan dasar dari Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, sebanyak 6.1% penduduk berumur setidaknya 15 tahun di Indonesia menderita depresi.Tidak ada data persis mengenai berapa banyak dari populasi ini yang menderita gangguan depresi mayor, namun diperkirakan bahwa proporsinya cukup besar. Lalu menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2019, terdapat 1800 jiwa/tahun yang meninggal akibat bunuh diri, dimana 23.2% dari kalangan ini menyandang penyakit jiwa.

 

Penanganan (Manajemen) Gangguan Depresi Mayor

Sebagai suatu penyakit medis, gangguan depresi mayor dapat ditangani, selama melibatkan tatalaksana yang benar dari tenaga medis atau tenaga profesional kedokteran jiwa. Selain itu, keluarga serta pendamping atau care giver memiliki peranan yang besar dalam membantu pasien.

Penanganan gangguan depresi mayor membutuhkan beberapa modalitas, seperti psikoedukasi, psikoterapi, dengan pengobatan atau farmakoterapi, dan bahkan dengan neurostimulasi seperti menggunakan alat stimulasi magnet transcranial atau stimulasi dengan elektrokonvulsi. Berikut beberapa cara penanganan gangguan depresi mayor yang dapat dilayani di RS Gading Pluit:

 

1. Psikoedukasi. Psikoedukasi dapat dilakukan pada pasien maupun keluarga dan/atau caregiver, secara individual ataupun kelompok. Dalam psikoedukasi, dijelaskan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan mengenai gangguan depresi itu sendiri. Lalu, diajarkan berbagai perubahan pola hidup pasien yang dapat bermanfaat seperti; bagaimana pola tidur yang baik, diet yang diperlukan, latihan fisik atau olahraga, aktivitas yang menyenangkan atau rekreasi, keterampilan sosial, dan sebagainya.

 

2. Psikoterapi. Beberapa contoh psikoterapi adalah:

  1. Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behavioural Therapy / CBT). Pendekatan CBT dilaksanakan dengan pendekatan edukatif, bekerjasama dengan pasien, memberikan panduan untuk ‘menemukan’ (guided discovery) distorsi (penyimpangan) kognitif pada pasien. Pasien belajar mengenali skema-skema pikirannya yang negatif, dan mengevaluasi ulang pikiran negatif tersebut. Kemudian ia berlatih mencari alternatif pikiran yang lebih rasional, serta mempelajari perilaku baru.
  2. Terapi Interpersonal. Terapi ini menolong pasien untuk mempelajari bagaimana menghubungkan perasaannya dengan kontak interpersonal, bagaimana mengenalinya, dan mengekspresikan pada situasi interpersonal secara tepat, sehingga sekaligus akan meningkatkan kemampuan menjalin relasi yang adekuat dan juga memperbaiki kondisi depresi.
  3. Aktivasi perilaku. Terapis perilaku memfokuskan pada aktivasi perilaku yang bertujuan untuk mendukung dan memberi semangat kepada pasien agar mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih adaptif agar pasien mendapatkan lebih banyak reward.

 

3. Neurostimulasi. Pada beberapa kasus tertentu, jika psikiater menilai bahwa ini dibutuhkan, pasien dapat diterapi dengan neurostimulasi. Ini melibatkan peralatan yang lebih “canggih”, salah satu contohnya adalah Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (RTMS).

 

4. Pengobatan atau Farmakoterapi. Terapi dengan obat-obatan hanya dapat diberikan oleh dokter spesialis jiwa atau psikiater. Obat-obat untuk mengatasi depresi disebut sebagai antidepresan. Terdapat beberapa golongan atau jenis obat anti depresan, dengan berbagai mekanisme kerja. Sebagai contoh, terdapat golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI  seperti: fluoxetine, sertraline, escitalopram), golongan Serotonin Noradrenaline Reuptake Inhibitors (SNRI seperti: venlafaxine dan duloxetine), agonisreseptor melatonin MT1 – MT2 antagonis 5-HT2C (agomelatine), agonis α2-adrenergik antagonis 5-HT2 (mirtazapine), golongan antidepresan tricyclic antidepresan (seperti: amitriptyline, dan imipramine), atau bahkan penambahan antipsikotikatipikal. Secara keseluruhan, obat-obatan membantu pada proses-proses biologis yang terjadi di otak. Farmasi Rumah Sakit Umum Gading Pluit lengkap memiliki ragam macam obat-obatan ini.

 

Meskipun berbagai pilihan terapi di atas tersedia, sayangnya masih terdapat 30-60% tidak berespons sesuai ekspektasi/ harapan terhadap farmakoterapi dengan antidepresan awal/ pertama. Selanjutnya, hingga 40% juga sayangnya ada pasien yang tidak berespon dengan baik terhadap antidepresan lini kedua.Pada beberapa literatur, kondisi dimana pasien gangguan depresi mayor tidak berespon secara penuh terhadap setidaknya dua farmakoterapi antidepresan yang berbeda dikatakan sebagai depresi yang sulit diterapi atau Treatment Resistant Depression (TRD).Pada tahapan ini, dapat dipertimbangkan antagonis reseptor NMDA (misalnya esketamine) atau penambahan/ penggantian antidepresan kembali. RSU. Gading Pluit juga memiliki fasilitas dan obat golongan ini sehingga pasien di Indonesia tidak perlu berobat keluar negeri untuk mendapatkan terapi golongan ketamin ini.

 

Kapan berkonsultasi denganTenaga Medis atau Kesehatan Jiwa?

Jika Anda atau keluarga/teman Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas dan mencurigai bahwa Anda atau dia mungkin mengalami gangguan depresi mayor – terutama jika gejala-gejala yang muncul sangat mengganggu keseharian Anda, berkepanjangan, ataupun muncul niat untuk melukai diri sendiri apalagi bunuh diri, jangan segan untuk berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater atau psikolog klinis di Smart Mind Center RSU. Gading Pluit lantai 7.

 

 

Penulis

Dr. dr. Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ (Psikiater)

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (Psikiater)  

 

Publish 10 Februari 2023