Jl. Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading - Jakarta 14250
T. (+6221) 4521001, 4520201    F. (+6221) 4520578
E. gadingpluit@gadingpluit-hospital.com
IG. gadingpluithospital

Gawat Darurat: (+6221) 4-5858-258

MEMANGKAS LAMBUNG MENGATASI OBESITAS

MEMANGKAS LAMBUNG MENGATASI OBESITAS

Bila diet, olahraga, dan obat-obatan tak lagi mampu menurunkan berat badan, operasi mengurangi volume lambung bisa menyelesaikan masalah.

Obesitas terbukti menjadi pemicu timbulnya beragam gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes, jantung, dan hipertensi. Namun, mengatasi obesitas tidak selalu mudah. Diet, olahraga, dan penggunaan obat-obatan kadang tidak mempan. Dalam kondisi demikian, prosedur operasi bariatric bisa menjadi solusi alternative.
Dokter spesialis beda dari RS Gading Pluit Jakarta, Barlian Sutedja, menjelaskan operasi untuk menurunkan berat badan dan pada pasien obesitas  morbid alias obesitas yang mencapai tahap berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit. Parameter untuk menentukan tingkat bahaya obesitas didasarkan pada nilai body mass index (BMI). BMI didhitung dengan rumus berat badan (kg) dibagi kuadrat dari tinggi badan (meter).

“Seseorang dikategorikan over-weight bila BMI-nya di atas 30, dan morbid obesity bila BMI di atas 35,” jelas Barlian di sela pertemuan ilmiah tahuna ke-19 Perhimpunan Bedah Endo-Laparoskopik Indonesia (PBEI) di RS Gading Pluit, pekan lalu.
Yang termasuk operasi bariatrik yaitu operasi mengurangi volume lambung untuk membatasi jumlah asupan makanan. “Pengurangan ini menekan rasa lapar. Sebab, masalah penderita obesitas adalah rasa lapar yang  mendorongnya untuk terus mengasup makanan,” jelas Barlian yang juga sekretaris PBEI.

Ia mengungkapkan ada beberapa cara mengurangi volume lambung. Yang paling sederhana dengan menempatkan balon khusu (intragastric balloon) dalam lambung dan mengisinya dengan cairan steril  sebanyak 350 cc. prosedurnya dilakukan melalui metode endoksopi lewat mulut sehingga tidak melibatkan pembedahaan. Biayanya 15-20 juta.
“sayangnya, prosedur ini tidak bisa bertahan lama, penempatan balon maksimal hanya setengah tahun. Bila lebih lama dari itu, lambung akan melar. Jadi, kurang efektif untuk mengatasi morbid obesity.”

Untuk kasus obesitas morbid obesity  diperlukan prosedur yang lebih “agresif”, yakni operasi gastric banding dan sleeve gastrectomy. Gastric banding dilakukan dengan mengikat bagian atas lambung menggunakan karet silikon sehingga terbentuk kantong lambung di atas ikatan itu. Karet silikon  itu terhubung dengan selang yang berujung pada reservoir (bukaan). Reservoir ditanam di bagian bawah kulit perut. Melalui reservoir itu, cairan garam disuntikkan untuk mengisi karet silikon. Semakin banyak cairan yang diisikan, semakin ketat ikatan karet silikon, volume lambung pun semakin kecil. Selain tingkat kekencangannya bisa diatur, karet pengikat itu bisa dilepas sewaktu-waktu.

Adapun sleeve gastrectomy dilakukan dengan membuang sebagian lambung sehingga bentuk lambung anntinya serupa dengan lengan baju atau sleeve. Prosedur itu dilakukan dengan alat clipper yang memotong sekaligus menjahit. Pada pertemuan ilmiah di RS Gading Pluit itu, prosedur itu dipraktikkan ahli dari India, dr. Muffazal Lakdawala, pada seorang pasien.

Laparoskopi

Barlian menjelaskan gastric banding ataupun sleeve gastrectomy  sama-sama  bisa menurunkan berat badan hingga dua pertiga dari kelebihan berat badan. Penurunan sebesar itu umumnya dicapai setelah dua tahun pasca operasi.
“Ada juga yang lebih cepat dari itu. Tapi prinsipnya, penurunan harus bertahap, tidak boleh terlalu cepat karena dikhawatirkan timbul efek yoyo (berat badan turun naik) yang bisa merusak pankreas.”

Dari sisi biaya, operasi gastic banding ataupun sleeve gastrectomy masing-masing bertarif sekitar 70 juta. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Operasi gastric banding tidak melibatkan pemotongan jaringan, tetapi membutuhkan kontrol ke dokter secara berkala untuk mengevaluasi tingkat kekencangan silikon pengikat lambung. “Selain itu, pada pasien yang tidak disiplin, makan berlebihan, sering muntah. Saat muntah karet pengikat bisa melorot, bergeser ke bawah sehingga pengurangan volume lambung tidak signifikan lagi. Ada juga pasien yang merasa tidak nyaman karena merasa ada benda asing di tubuhnya sehingga minta dilepas,” jelas Barlian.

Pada sleeve gastrectomy , ada bagian lambung yang dibuang secara permanen. “Positifnya, efek penurunan berat badannya setingkat lebih baik daripada prosedur gastric banding.”

Pada kesempatan sama, ketua PBEI dr. Errawan R. Wiriadisuria, SP.B-KBD menjelaskan operasi gastic banding  dan  sleeve gastrectomy  tidak memerlukan pembedahan terbuka, tetapi cukup dengan laparoskopi. “Hanya dibutuhkan 3-5 sayatan berdiameter 5-12 milimeter di perut. Prosedur operasi dilakukan di dalam perut dengan panduan gambar di monitor,” jelasnya.


*****
Seperti dimuat di MEDIA INDONESIA, 12 JUNI 2013