MELURUSKAN HOAKS SEPUTAR HIV/AIDS
Informasi yang keliru tentang HIV/AIDS meresahkan masyarakat. Juga berpotensi membuat pengidap HIV/AIDS menjadi semakin terkucil dan tersingkir.
HOAKS atau informasi tidak benar mengenai HIV/AIDS membentuk pemahaman yang keliru terhadap penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia itu. Tak hanya itu, hoax juga memperburuk stigma terhadap orang dengan HIV (ODHA) di masyarakat. Hoax mengenai HIV tidak hanya menimbulkan keresahan di masyarakat, tetapi juga berdampak psikologis bagi ODHA. Informasi yang salah mengenai HIV cukup merepotkan. Saat masyarakat sudah mulai aware, justru pemahaman mengenai penyakit ini menjadi minim kembali dan edukasi harus terus dilakukan. ODHA yang baru tahu statusnya (positif HIV) juga jadi kalut. Stigma menjadi salah satu faktor penghambat ODHA dalam mengakses pengobatan. Mereka yang seharusnya mendapat terapi antiretroviral (ARV) enggan berobat karena stigma di masyarakat. Hoax juga menghambat tenaga medis dan aktivis mengampanyekan pencegahan HIV/AIDS.
Virus penyebab HIV, tidak dapat di tularkan melalui penggunaan pisau cukur secara bergantian dalam keluarga maupun ditempat potong rambut. HIV juga tidak dapat menular melalui penggunaan alat makan secara bergantian antara ODHA dan orang sehat. Sebab virus HIV mudah mati di udara bebas. Namun memang, penggunaan pisau cukur bergantian tidak disarankan atas alasan higienitas. HIV tidak dapat ditularkan melalui penggunaan alat makan secara bergantian. Karena air liur tidak mengandung cukup virus untuk ditularkan. Virus HIV hanya dapat menyebar melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). HIV juga tidak bisa ditularkan melalui ciuman. Virus tersebut menyerang di sel T, salah satu bagian sel darah putih manusia. Sel T terdapat dalam semua cairan tubuh manusia dengan jumlah yang berbeda–beda. Paling banyak ada di darah, kemudian di cairan vagina, cairan semen atau air mani, dan ASI. Sehingga jumlahnya sangat sedikit di air liur, air mata, dan keringat. Tidak cukup untuk menularkan virus HIV.
Virus HIV mudah mati di udara bebas kurang dari satu menit. HIV juga tidak dapat ditularkan melalui air kolam. Terlebih, kolam renang mengandung klorin/kaporit yang mempercepat matinya virus HIV. HIV juga tidak bisa ditularkan melalui pakaian bekas. HIV hanya dapat ditularkan melalui kontak cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Penularannya dapat melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian (terutama untuk pemakaian narkoba), hubungan seks yang tidak aman, dan pemberian ASI dari ibu pengidap HIV ke anak.
Terapi ARV
Masyarakat kadang masih rancu membedakan HIV dan AIDS. HIV merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Orang dengan HIV, bisa hidup dengan baik selama dia mengakses pengobatan dan mengontrol dengan baik sistem kekebalan tubuh. Orang yang tidak mendapatkan pengobatan dan kekebalan tubuhnya makin turun serta terkena infeksi dapat jatuh menjadi AIDS. Terapi bagi ODHA ialah ARV. ARV merupakan obat yang dipakai untuk menghambat aktivitas virus HIV agar tubuh ODHA memiliki kesempatan untuk membangun sistem kekebalan sehingga mereka memiliki kualitas hidup yang baik dan angka harapan hidup yang tinggi.
Pengobatan dan kontrol yang baik, sangat mungkin ODHA memiliki pasangan yang bukan ODHA dan tidak menularkan. Begitu juga ibu ODHA bisa melahirkan anak yang tidak terinfeksi HIV. Terapi ARV, dapat diakses di fasilitas kesehatan hingga ke tingkat puskesmas kecamatan. Obat itu merupakan bagian program pemerintah sehingga diberikan secara gratis.
Seperti dumuat di KORAN MEDIA INDONESIA - Rabu, 15 Agustus 2018

English
Bahasa

