HATI-HATI KONSUMSI OBAT SAAT HAMIL
Kesalahan dalam konsumsi obat selama masa kehamilan berisiko tinggi menyebabkan dampak buruk pada bayi yang kelak dilahirkan. Salah satu yang terparah ialah bayi lahir dengan kelainan bawaan seperti autisme dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Perkembangan anak dimulai sejak masih masa kehamilan. Apa pun yang dikonsumsi oleh ibu dapat berdampak pada anak yang sedang dikandung ujar dokter spesialis obsetri dan ginekologi, Bram Pradipta, dalam seminar Perkembangan Kejiwaan Anak Masa Kini, di RS Gading Pluit, Jakarta, Sabtu (14/05).
Bram menjelaskan obat-obatan merupakan hal yang paling berisiko menimbulkan dampak buruk pada bayi bila tidak dikonsumsi dengan benar oleh ibu selama kehamilan. Menurutnya, risiko autisme dan ADHD dapat terjadi pada bayi akibat konsumsi obat-obatan antidepresi dan epilepsi oleh ibu selama kehamilan. Umumnya banyak ibu yang emosinya naik turun selama kehamilan. Akhirnya, mereka merasa depresi lalu minum obat-obat anti depresi. Itu tidak dianjurkan.
Kalaupun harus minum, harus dengan terlebih dahulu melalui diskusi dengan dokter ahli kandungan, papar Bram. Pada ibu yang menderita epilepsi, lanjutnya upaya mencegah kekambuhan gejala lebih diutamakan untuk terus dilakukan selama kehamilan. Hal itu untuk menghindari konsumsi obat-obatan dengan kandungan zat yang berisiko merusak perkembangan otak janin.
Begitu juga dengan rokok. Ibu yang merokok selama kehamilan berisiko memiliki anak yang mengalami autisme hingga 48% lebih besar dan ADHD dua kali lipat lebih besar, tambah Bram. Berdasarkan pedoman layanan farmasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), risiko paling buruk penggunaan obat terjadi pada usia kandungan 3-8 minggu. Sementara pada trimester kedua dan ketiga, obat-obatan itu dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin secara fungsional serta dapat meracuni plasenta.
MASA MENYUSUI
Dokter Bram menambahkan, kehati-hatian ibu dalam mengkonsumsi obat-obatan juga perlu dilakukan selama masa pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Berbagai zat yang dikonsumsi ibu secara langsung akan turut masuk ke tubuh bayi melalui ASI. Dengan demikian, dampak buruk obat bisa turut berdampak pada tubuh bayi. Tapi selama ini banyak juga yang salah kaprah. Banyak yang mengira kalu bayi sakit, ibunya saja yang minum obat. Tidak seperti itu juga. Ketika bayi sakit, obat harus secara langsung diberikan, tidak melalui ibu karena efeknya kan lebih lama dan tidak efektif. Hanya 15% fungsi obat yang akan diterima bayi dengan menggunkan cara itu, ungkap dokter spesialis anak Luszy Arijanty pada kesempatan sama.
Konsumsi obat yang salah ketika menyusui juga dapat menimbulkan keracunan pada bayi. Keracunan dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Jadi, untuk ibu menyusi, konsumsi obat-obatan harus benar-benar tepat jenis dan dosisnya. Tidak boleh sembarangan, katanya mengigatkan.
Seprti dimuat di KORAN MEDIA INDONESIA, TERBIT: RABU, 18 MEI 2016

English
Bahasa

