Dalam perkembangan psikologis anak, peranan akademik turut memegang peranan penting. Itu mengapa pada saat pandemik dan sistem sekolah menjadi online, tingkat keluhan anak di area akademik psikologis bercampur aduk menjadi lebih kompleks. Umumnya, orangtua baru akan menyadari anaknya memiliki isu setelah mempengaruhi faktor akademik atau biasanya ketika anak berubah tidak seperti biasanya.
Pada anak usia yang kecil, keluhan yang sering kali datang dari orangtua dan sekolah adalah ketidakmampuan untuk fokus dan memahami materi pembelajaran pada saat sekolah daring berlangsung. Sedangkan pada anak usia yang lebih remaja, keluhan prestasi anak yang semakin menurun (karena tidak mampu mengejar pembelajaran) serta partisipasi anak semakin minim dalam kegiatan sekolah, dan pengumpulan tugas-tugas sekolah yang semakin terbengkalai. Di samping itu, permasalahan yang juga menjadi isu semua kalangan dalam keluarga adalah gadget, karena yang struggle bukan saja anak tetapi juga orangtua.
Namun apakah mungkin pada jaman sekarang anak dapat dilarang menggunakan gadget? Jawabannya adalah TIDAK.
Kita sama-sama tahu bahwa pada era 4.0 kita hidup berdampingan dengan teknologi. Bahkan teknologi bersaing keras dengan kualitas sumber daya manusia (kualitas manusia). Oleh sebab itu, untuk mencetak sumber daya manusia yang berawal dari anak-anak berkualitas dan mampu bersaing, kita sangat tidak mungkin untuk melepaskan anak dari teknologi atau gadget. Ketika orangtua mulai melarang anak-anak untuk menggunakan gadget, artinya anak akan berhenti belajar, berkembang, dan melihat dunia lebih luas.
Di saat yang bersamaan gadget dan teknologi pula yang mengubah anak-anak kita menjadi “orang lain”. Secara neurologis gadget dapat mengubah struktur otak anak, secara fisik gadget dapat membuat anak tidak berkembang maksimal karena minim gerak, dan secara psikologis gadget dapat mengubah anak menjadi pribadi lain. Tidak perlu dipertanyakan lagi, gadget juga mengambil peranan yang cukup besar pada dunia akademik anak.
Oleh sebab itu, apa yang harus dilakukan orangtua untuk mendidik anak agar tetap dapat berkembang di era 4.0 namun tetap sehat secara fisik dan psikologis?
Adalah pengendalian / fungsi kontrol. Siapa yang mengontrol siapa? Dari orangtua mengontrol anak hingga anak mengontrol dirinya sendiri. Artinya hal ini membutuhkan proses dan disesuaikan dengan usia anak. Pada anak yang masih kecil, fungsi kontrol dari orangtua kepada anak adalah hal yang krusial. Bahkan pada anak yang masih kecil sekali (gadget hampir dapat diminimalkan atau ditiadakan jika orangtua mampu bermain dengan anak. Mengapa anak memilih gadget? Karena tidak ada yang mengajak bermain, terlebih lagi keluarga kecil, tinggal sendiri, anak tunggal. Oleh karena itu untuk anakgadget.
Pada anak usia sedang (6-13 tahun) kita sudah mulai dapat menggunakan sistem pengendalian gadget dari orangtua ke anak. Pemberian kegiatan yang konsisten dan dibuat sehingga tidak memiliki waktu untuk gadget (berbeda dengan waktu bermain non gadget yaa). Jadi, ketika membuat jadwal untuk anak, bermain menjadi sebuah agenda yang harus dipenuhi. Pada rentang usia ini gadget boleh diberikan dengan tujuan tertentu misalnya menghubungi sanak saudara/teman/akademik/menonton film*.
Pada anak usia remaja (>13 tahun) akan lebih sulit untuk mengendalikan anak lagi karena anak sudah beranjak dewasa dan anak sudah menginginkan privasi tersendiri. Tidak jarang anak sudah mulai menyelami media sosial. Pada rentang ini, yang dapat diharapkan adalah anak telah terbiasa pada fase sebelumnya dengan jadwal yang telah dibuat, maka ia sudah mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri. Apabila pada usia ini anak belum mampu mengendalikan dirinya sendiri, maka kita dapat mengulang fase sebelumnya seperti anak usia sedang.
Penulis

| Christina Tedja, M.Psi |
| Clinical Psychologist |
Publish: 29 Desember 2021

English
Bahasa

