Epilepsi merupakan penyakit sistem saraf pusat berupa munculnya aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Cetusan ini dapat menyebabkan terjadinya kejang. Serangan kejang bervariasi, misalnya gerakan mengentak, gerakan kedutan pada lengan dan tungkai, atau seperti orang melamun. Seseorang dikatakan mengalami epilepsi bila setidaknya mengalami dua serangan kejang tanpa faktor pencetus dengan jarak antara serangan minimal 24 jam.
Gejala
Gejala kejang dapat bervariasi, tergantung pada bagian otak yang mengalami kelainan. Pada kebanyakan kasus, seseorang dengan epilepsi akan cenderung memiliki serangan kejang yang sama dari waktu ke waktu. Secara umum, kejang dibagi menjadi serangan kejang parsial dan umum, berdasarkan mekanisme dan bagian otak yang mengalami abnormalitas.
Kejang parsial muncul akibat aktivitas abnormal pada area di satu sisi otak. Kejang parsial ini biasanya dibagi lagi berdasarkan hilang atau tidaknya kesadaran. Bentuk serangan kejang parsial dapat berupa:
- Perubahan emosi dan perilaku
- Halusinasi penglihatan, pendengaran, penciuman, atau pengecapan
- Gerakan mengentak pada bagian tubuh tertentu atau gangguan sensasi rasa seperti kebas atau kesemutan
- Melakukan gerakan berulang seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan, atau berjalan berputar.
Beberapa bentuk kejang parsial ini kadang disalahartikan sebagai gangguan mental sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membedakannya.
Kejang yang melibatkan area pada kedua sisi otak disebut sebagai kejang umum. Bentuk serangan kejang umum dapat berupa:
- Kejang absans, biasanya terjadi pada usia anak-anak. Bentuk serangannya berupa kondisi seperti melamun sesaat dengan atau tanpa perubahan gerakan tubuh dan berlangsung singkat (sekitar 5-10 detik). Serangan kejang ini biasanya terjadi beberapa kali dalam sehari dan menyebabkan hilang kesadaran sesaat.
- Kejang tonik. Gerakan tonik ini berupa kekakuan pada otot, biasanya mengenai otot daerah belakang, lengan, dan tungkai.
- Kejang klonik. Kejang klonik biasanya berhubungan dengan gerakan mengentak berulang yang ritmis.
- Kejang tonik klonik. Bentuk kejang tipe ini yang sering digambarkan oleh orang awam. Biasanya akan muncul kehilangan kesadaran mendadak disertai kekakuan otot, diikuti dengan gerakan mengentak. Kadang disertai mengompol dan lidah tergigit.
- Kejang atonik. Kejang tipe ini menyebabkan hilangnya kontrol otot sesaat, biasanya mengenai tungkai sehingga pasien terjatuh.
- Kejang mioklonik biasanya berupa gerakan kedutan sesaat pada kumpulan otot tertentu.
Penyebab
Beberapa kondisi penyebab epilepsi antara lain:
- Genetik
- Infeksi
- Trauma kepala
- Kelainan pembuluh darah di otak
- Kelainan pada saat kehamilan dan tumbuh kembang
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis epilepsi diperlukan beberapa pemeriksaan.
- Pemeriksaan fisik neurologi
Pemeriksaan ini dilakukan dokter dengan melakukan beberapa tes kemampuan motorik, sensorik, fungsi mental dan perilaku, serta pemeriksaan khusus lain untuk menentukan tipe epilepsi seseorang. - Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengevaluasi adanya infeksi, kelainan genetik, atau penyebab lain kejang - Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi dikerjakan dengan menempelkan beberapa elektroda pada permukaan kepala, kemudian pasien diminta untuk melakukan beberapa aktivitas seperti membuka dan menutup mata, bernapas cepat, hingga tidur. Kadang pemeriksaan ini juga dilengkapi perekaman video untuk mengetahui bentuk serangan kejang. Pemeriksaan EEG dikerjakan untuk mengetahui aktivitas listrik di dalam otak. Seseorang dengan epilepsi umumnya akan mengalami perubahan pola gelombang otak, meskipun pada saat perekaman tidak sedang mengalami kejang. - Pencitraan otak
Pemeriksaan pencitraan otak dapat berupa Computerized Tomography (CT) scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui abnormalitas struktur otak.
Terapi
Seseorang yang telah terdiagnosis epilepsi biasanya memerlukan terapi untuk mengontrol serangan kejang.
- Obat-obatan
Pemilihan obat dan dosis untuk mengontrol epilepsi sangat kompleks. Seorang dokter perlu mempertimbangkan usia, bentuk dan frekuensi kejang, penyakit penyerta, serta faktor lainnya. Secara umum, prinsip awal pemberian obat epilepsi akan diberikan satu jenis obat dengan dosis rendah, untuk kemudian dievaluasi bertahap.
Beberapa orang dengan epilepsi dapat bebas kejang sehingga tidak perlu mengonsumsi obat lagi.
Hal yang perlu diperhatikan ketika mengonsumsi obat epilepsi adalah ketepatan waktu saat konsumsi obat, interaksi obat epilepsi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi, dan efek samping obat. Seseorang dengan epilepsi juga perlu berkonsultasi dengan dokter apabila ingin mengganti atau menghentikan pengobatan.
- Pembedahan
Terapi pembedahan pada epilepsi diperlukan apabila seseorang tidak terkendali kejangnya, walaupun sudah mengonsumsi obat epilepsi dengan dosis dan jenis yang optimal. Tidak semua jenis epilepsi dapat dilakukan tindakan pembedahan. Dokter perlu mengevaluasi beberapa hal seperti lokasi abnormalitas otak dan fungsi vital dari bagian otak tersebut.
Pembedahan dapat dilakukan dengan menghilangkan sebagian otak yang mengalami kelainan dengan operasi terbuka atau sinar gamma. Terkadang setelah tindakan pembedahan, seseorang masih tetap memerlukan konsumsi obat epilepsi untuk mengontrol kejangnya.
Pada beberapa kasus epilepsi juga dapat dilakukan pemasangan implan yang akan melakukan stimulasi secara berkala untuk mencegah munculnya kejang. Implan ini dapat dipasang pada area di sekitar dada (vagal nerve stimulation) atau di dalam otak (deep brain stimulation).
Penulis

| dr. Widyawati Suhendro, Sp.N |
| Dokter Spesialis Neurologi |
Publish: 16 Desember 2022

English
Bahasa

