Dalam sebuah relasi pernikahan, seks barangkali bukan yang paling utama. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa seks memegang peranan penting dalam keharmonisan rumah tangga seseorang. Seks memiliki dua fungsi, yaitu sebagai sarana untuk mendapatkan keturunan (prokreasi) dan bisa pula sebagai penghiburan atau sarana mengekspresikan cinta kasih (rekreasi). Tentunya semua akan berjalan baik-baik saja jika tidak ada masalah yang berarti. Namun, seringkali timbul masalah dalam suatu relasi seksual berupa disfungsi seksual yang pada pria disebut sebagai disfungsi ereksi.
Permasalahan ereksi ini tidak jarang menjadi persoalan serius yang kerap mengganggu pikiran para pria dan tentunya berakibat pula pada relasi dengan pasangannya.
Apa itu disfungsi ereksi?
Disfungsi ereksi adalah selalu atau kadang-kadang tidak mampu mencapai atau tidak mampu mempertahankan ereksi yang cukup untuk mewujudkan hubungan seksual yang memuaskan, dan kondisi ini berlangsung selama setidaknya 3 bulan belakangan.
Tanda dan Gejala
Tentunya sebagaimana masalah kesehatan lainnya, disfungsi ereksi inipun timbul dalam gradasi ringan, sedang, berat. Jika anda mengalami gejala berikut:
- Tidak bisa atau jarang ereksi
- Tidak ada atau jarang mengalami ereksi pagi hari
- Bisa ereksi tetapi tidak mampu mempertahankan
- Bisa ereksi tetapi kurang keras
Maka anda bisa saja mengalami disfungsi ereksi.
Penyebab
Penyebab ereksi ada beberapa macam. Kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu sebab organik dan sebab psikogenik. Dahulu, sebelum ilmu kedokteran dan alat diagnostik semaju sekarang, disfungsi ereksi seringkali dianggap sebagai permasalahan psikologis. Namun seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran modern, diketahui bahwa ada banyak kondisi fisik yang memicu disfungsi ereksi. Penyebab disfungsi ereksi yang dikarenakan masalah fisik ini disebut sebab organik.
Penyebab organik dibagi menjadi 3:
1. Vaskular
Segala kondisi yang menyumbat pembuluh darah atau mempengaruhi kualitas pembuluh darah akan berakibat pada kualitas ereksi. Contohnya diabetes, hiperkolesterol dan hipertensi
2. Hormonal
Dengan pertambahan usia, hormon bisa saja menurun. Salah satu hormon yang akan turun adalah testosteron. Padahal hormon testosteron penting untuk ciri seks sekunder pria, menjaga libido atau gairah seks, menjaga integritas jaringan erektil penis dan lain-lain. Testosteron turun maka performa seksual juga turun.
3. Saraf
Orang-orang yang mengalami penyakit yang menyerang saraf dan tulang belakang, atau kecelakaan dan mengenai saraf tulang belakang bisa mengalami disfungsi ereksi demikian pula orang yang menjalani operasi tulang belakang atau area kelamin, jika melibatkan saraf yang melayani ereksi, tentunya ereksi bisa terganggu.
Selain itu, ada beberapa kebiasaan buruk yang mengganggu fungsi ereksi misalnya rokok, minum alkohol berlebihan, penggunaan obat-obat terlarang, gaya hidup tidak aktif, malas berolahraga, kurang istirahat dan kebiasaan makan yang tidak sehat.
Walaupun ada banyak sebab organik yang mendasari disfungsi ereksi namun kondisi psikologi juga penting. Bagi seorang pria, kegagalan hubungan seksual bisa menjadi trauma yang tidak mudah dilupakan. Trauma itu akan membayangi langkah selanjutnya dan selalu menimbulkan kecemasan akan kegagalan lagi di masa mendatang. Secara biologis, saat stres tubuh memproduksi kortisol dan saat cemas atau tegang, tubuh akan memproduksi adrenalin. Kortisol dan adrenalin adalah hormon yang tidak mendukung kegiatan seks.
Secara umum, seorang pria pasti ada mengalami permasalahan ereksi setidaknya sekali dalam hidupnya, itu masih bisa dikategorikan normal. Manajemen stres dan ketenangan pikiran sangatlah berperan dalam hal ini.
Namun terlepas dari semua sebabnya, masalah disfungsi ereksi ini bisa jadi sangat serius bagi para pria yang tentu perlu diselesaikan. Selain itu, fungsi seksual ternyata juga menjadi jendela kesehatan. Kalau ada apa-apa dengan fungsi seksual, bukan tidak mungkin ada penyakit dasar di belakangnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi jika anda mengalami masalah ini, agar bisa diketahui sebabnya dan dipikirkan solusinya. Tujuannya menjaga keharmonisan rumah tangga dan juga mencegah penyakit yang potensial akan merepotkan di masa depan dan tentu meningkatkan kualitas hidup.
Penulis

| dr. Rossy S. Marthasari, M. Biomed(AAM), Sp. And |
|
Dokter Spesialis Andrologi |
Publish: 13 Mei 2022

English
Bahasa

