Jl. Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading - Jakarta 14250
T. (+6221) 4521001, 4520201    F. (+6221) 4520578
E. gadingpluit@gadingpluit-hospital.com
IG. gadingpluithospital

Gawat Darurat: (+6221) 4-5858-258

BIBIR MENCONG : BELL'S PALSY?

BIBIR MENCONG : BELL'S PALSY?

Apa itu Bell's palsy?
Bell's palsy merupakan kelemahan pada otot-otot wajah satu sisi karena adanya disfungsi pada saraf kranial VII (nervus fasialis). Bell's palsy merupakan penyebab tersering kasus kelemahan satu sisi pada wajah. Sebagian besar kasus Bell's palsy penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini dapat mengenai semua umur dan jenis kelamin. Angka kejadian paling tinggi terdapat pada kelompok umur 15 hingga 45 tahun, terutama pada penderita diabetes mellitus dan ibu hamil.

Gejala
Gejala Bell's palsy dapat bervariasi dengan tingkat keparahan ringan hingga berat. Gejala biasanya muncul mendadak dalam waktu 24-72 jam, kadang dapat diawali nyeri belakang telinga. Nervus fasialis memiliki banyak fungsi, sehingga gangguan pada saraf ini akan memunculkan banyak variasi gejala. Keluhan yang paling sering terjadi adalah kelemahan satu sisi wajah (hilangnya kerutan dahi, mata tidak dapat menutup sempurna, bibir mencong, dan keluar liur dari sudut bibir). Pada beberapa kasus dapat dikeluhkan perubahan rasa kecap di lidah, tidak tahan terhadap bunyi keras, dan gangguan pada mata.

 

Penyebab
Sebagian besar penyebab Bell's palsy tidak diketahui. Adanya peradangan pada nervus fasialis mengakibatkan munculnya gejala Bell's palsy. Pada beberapa kasus, dicurigai penyebabnya adalah reaktivasi dari virus HSV (Herpes simplex virus) yang dorman (bisa bertahan dan menetap di tubuh manusia seumur hidup). 

Penurunan daya tahan tubuh, stres, kurang istirahat, benturan kepala, dan diabetes mellitus dapat mencetuskan terjadinya penyakit ini. Beberapa penyakit serius tertentu seperti tumor otak, stroke, dan penyakit autoimun juga dapat menyebabkan gangguan pada nervus fasialis sehingga perlu diwaspadai.

Pemeriksaan
Penegakan diagnosis Bell's palsy biasanya berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik yang tampak, yaitu kelemahan separuh wajah yang terjadi secara mendadak. Pemeriksaan penunjang lain diperlukan untuk menentukan faktor pencetus terjadinya Bell's palsy.

Pemeriksaan darah diperlukan untuk melihat adanya penyakit diabetes mellitus, autoimun, atau infeksi. Pemeriksaan CT-Scan atau MRI (Magnetom Resonanc Imaging) diperlukan untuk menyingkirkan penyebab struktural yang dapat menekan saraf wajah. Pemeriksaan elektromiografi (EMG) diperlukan untuk menilai fungsi saraf yang terganggu dan derajat keparahannya.

Penanganan
Penderita dengan gejala yang baru muncul dapat diberikan obat antiinflamasi. Pemberian obat antiinflamasi dalam waktu kurang dari 72 jam (setelah muncul gejala) mampu meningkatkan kemungkinan perbaikan fungsi saraf. Pada kondisi tertentu dapat ditambahkan pemberian obat antivirus. Pemberian obat-obatan tersebut sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu. 

Perawatan mata sangat penting pada kasus Bell's palsy. Mata sebaiknya dijaga agar tetap lembab dengan pemberian tetes air mata buatan dan menutup mata dengan kain basah pada saat tidur. Pada saat bepergian atau berada di luar ruangan dapat menggunakan kacamata agar mata terlindung dari debu.

Tindakan pijat wajah, fisioterapi, dan akupuntur dapat dilakukan untuk mempercepat pemulihan. Pembedahan jarang diperlukan pada kasus Bell's palsy.

Pemulihan
Sebagian besar penderita Bell's palsy akan mengalami perbaikan gejala dalam waktu 3 minggu hingga 6 bulan. Pada kebanyakan kasus akan terjadi perbaikan sempurna. Namun terkadang didapatkan gejala sisa atau komplikasi, misal wajah asimetris, kedutan pada wajah, dan gangguan pada mata.

 

Penulis:

dr. Widyawati Suhendro, Sp.N

Dokter Spesialis Neurologi

 

Publish: 18 Desember 2021