Jl. Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading - Jakarta 14250
T. (+6221) 4521001, 4520201    F. (+6221) 4520578
E. gadingpluit@gadingpluit-hospital.com
IG. gadingpluithospital

Gawat Darurat: (+6221) 4-5858-258

BEDAH MINIMAL INVASIF KIAN BERKEMBANG

BEDAH MINIMAL INVASIF KIAN BERKEMBANG

Penggunaan bedah minimal invasive mulai menggeser bedah konvesional karena memiiliki banyak keuntungan.

Teknik bedah minimal invasif di Indonesia berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan majunya teknologi di bidang kedokteran. Sayang, teknik bedah ini belum banyak dimanfaatkan pasien di Tanah Air.
Wakil Ketua Perhimpunan Bedah Endo-Laparoskopik Indonesia (PBEI) Barlian Sutedja, Sabtu (31/8) di Jakarta, mengatakan, ilmu dan pemanfaatan bedah minimal invasive telah berkembang secara revolusioner dan menyentuh berbagai  disiplin ilmu kedokteran, mulai dari bidang urologi, digestif, tulang, obstetri dan ginekologi, jantung, hingga bedah saraf dan otak.

“Penggunaan endo-laparoskopik alias bedah minimal invasive mulai menggeser bedah konvesional karena memiliki banyak keuntungan. Di luar negeri, hampir seluruh kasus pembedahan di rongga perut telah menggunakan teknik minimal invasif. Namun, di Indonesia pemanfaatannya masih kurang.” ujar Barlian dalam “Simposium Perspektif Multi Disiplin Bedah Minimal Invasif” di Jakarta.
Simposium dan lokakarya yang telah diadakan kesembilan kali itu mengulas teknik dan perkembangan terbaru di bidang bedah minimal invasif. Dewasa ini, teknik bedah minimal invasive yang memiliki karakteristik meminimalkan sayatan dan mengoptimalkan alat endoskopi mulai dimanfaatkan luas untuk melakukan operasi pengangkatan tumor otak, hydrocephalus (adanya cairan otak berlebih dalam otak), hingga mengatasi sumbatan hidung.

Menurut Barlian, hampir seluruh ragam operasi bedah minimal invasif saat ini bisa dilakukan di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Namun, belum banyak masyarakat mengetahui sehingga sebagian pasien berobat ke luar negeri.
“Sejumlah rumah sakit sudah bisa melakukan operasi endo-laparoskopik secara multidisiplin dengan alat-alat cukup lengkap dan sumber daya memadai. Pasien tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah DKI Jakarta, Tony S. Natakarman.

Barlian mengatakan, ada 1.010 dokter bedah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti pelatihan bedah endo-laparoskopik. Namun,  kurang dari 100 dokter yang rutin mempraktikkan teknik bedah yang memilik keunggulan cepatnya waktu pemulihan serta berkurangnya nyeri, infeksi, dan risiko komplikasi itu. “Permintaan operasi bedah minimal invasive masih kurang. Apalagi di daerah. Rumah Sakit dan dokter yang bisa melakukan bedah ini masih terpusat di kota-kota besar. Padahal, alatnya tidak terlalu mahal, terutama jika digunakan banyak pasien,” ujar Barlian yang juga Direktur Rumah Sakit Gading Pluit.

Banyak keuntungan

Menurut Handrianto, ahli bedah syaraf, penggunaan teknik minimal invasif dalam bedah saraf dan otak memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan yang konvesional. “Dengan metode endo-laparoskopik, bagian dalam otak jadi lebih terlindungi. Eksplorasi ke bagian internal kian mudah. Sebagai contoh, operasi tumor bisa dilakukan melalui lubang hidung dan mengurang risiko perdarahan,” ujarnya.

Menurut Ricky Yue, dokter spesialis teling, hidung, dan tenggorokan (THT), bedah minimal invasif menjadi pilihan mengatasi keluhan mendengkur apabila gangguan pernapasan itu tidak bisa diatasi dengan obat-obatan.
“Teknik ini memiliki presisi sangat tinggi. Keuntungan lain, pasien tidak perlu dibius. Operasi gangguan pernapasan dan mendengkur meningkatkan kualitas hidup pasien,” tuturnya.


*****
Sebagai dimuat di KOMPAS, 2 SEPTEMBER 2013