Jl. Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading - Jakarta 14250
T. (+6221) 4521001, 4520201    F. (+6221) 4520578
E. gadingpluit@gadingpluit-hospital.com
IG. gadingpluithospital

Gawat Darurat: (+6221) 4-5858-258

BANYAK KEUNGGULAN, BEDAH MINIMAL INVASIF SEMAKIN BERKEMBANG

BANYAK KEUNGGULAN, BEDAH MINIMAL INVASIF SEMAKIN BERKEMBANG

Teknologi bedah dengan sayatan kecil atau kerap disebut minimal invasive (endolaparoskopik) terus berkembang. Penggunaannya kian meluas meliputi berbagai bidang kedokteran. Hal itu tidak lepas dari keunggulan teknik bedah minim luka itu.

“Secara kosmetik tidak meninggalkan bekas luka yang lebar, cuma sayatan-sayatan 0.5 cm. Pasien juga lebih cepat pulih dan kembali beraktivitas,” ujar dokter spesialis bedah Dr. Soeprianto Wiradjaja, Sp.B saat berbicara dalam kegiatan 9TH Symposium On Minimally Invasive Surgery Multi Disciplinary Perspective & Workshop, yang diadakan RS. GADING PLUIT, Jakarta, akhir pekan lalu.
Dalam kesempatan itu ia menampilkan video pembedahan minimal invasive untuk  mengangkat kantong empedu pada pasien penderita batu empedu. Pembedahan diawali dengan penggembungan rongga perut pasien dengan gas CO2 melalui jarum peres.

Selanjutnya dipasang alat trokar di bagian pusar pasien. Trokar yang berbentuk seperti pipa itu berfungsi sebagai tempat memasukkan alat-alat bedah minimal invasive. Di sisi perut lainnya dibuat dua sayatan 0.5 cm. sayatan kedua untuk memasukkan alat bedah. Lewat kamera serat optik yang mampu melakuakan pembesaran objek hingga 100 kali lipat itu, kondisi organ-organ dalam perut bisa terlihat jelas. Dalam video itu terlihat alat-alat bedah berukuran mini dimasukkan ke rongga perut dan dioperasikan oleh dokter.

Pemotongan kantong empedu, penjahitan, pembersihan sisa darah, hingga pengeluaran kantong empedu dikerjakan dengan rapi. “Dari sisi dokter, teknik pembedahan ini memungkinkan eksplorasi lebih baik, semua sudut bagian rongga abdomen bisa dilihat,” imbuh Soeprianto.

Teknik pembedahan itu juga dapat menekan resiko infeksi. Hal itu karena tidak ada luka terbuka lebar yang memungkinkan organ dalam tubuh terekspose dengan dunia luar. “selain itu, kejadian perlekatan antarorgan pasca pembedahan hampir tidak ditemukan. Angka kematian juga sangat rendah.”

Meski demikian, teknik operasi itu juga memiliki kelemahan. Antara lain, peralatannya relative mahal dibutuhkan pelatihan khusus bagi dokter bedah, dan pentingnya rutinitas dokter bedah mengerjakan teknik tersebut untuk meningkatkan ketrampilan. “Pengalaman dan keterampilan dokter sangat penting agar tidak keliru mengenali organ maupun jarigan dan tidak salah potong,” katanya.

BERBAGAI BIDANG

Selain digunakan untuk operasi pengangkatan kantong empedu, dalam symposium itu dipaparkan penerapan bedah minimal invasive untuk pengangan kista ovarium, penanganan masalah urologi, nyeri punggung bagian bawah, serta gangguan syaraf.

Wakil Ketua Perhimpunan Bedah Endo-Laparoskopik Indonesia, Dr. Barlian Sutedja, Sp.B menjelaskan saat ini teknik bedah minimal invasive mulai menggeser bedah konvesional. Di luar negeri, penggunannya sudah sangat popular.  Di Indonesia, baru rumah-rumah sakit besar yang memiliki pelayanan tersebut.

“Padahal, keunggulannya banyak, peralatannya juga tidak terlalu mahal. Karena itulah kami terus menyosialisasikan hal ini kepada masyarakat. Kami juga terus mengadakan pelatihan bagi dokter-dokter,” jelas Barlian yang juga Direktur RS. GADING PLUIT itu.

*****

Seperti dimuat dalam MEDIA INDONESIA, 4 SEPTEMBER 2013