LOYO AKIBAT SERING BERSEPEDA
Lima tahun yang lalu, bersepeda dalam waktu yang lama merupakan siksaan. Kerap merasakan panas dan nyeri di bagian pantat setiap kali mengayuh sepeda dalam waktu lebih dari dua jam, tidak tahan kalau lama-lama duduk di atas sadel. Mencoba menggunakan celana khusus bersepeda yang memiliki busa tambahan di bagian selangkangan, tapi hal ini tak banyak membantu karena merasa tidak nyaman. Terpaksa harus sering-sering berhenti kalau lagi touring.
Tak hanya merasa tidak nyaman juga khawatir rasa nyeri yang kerap dirasakan berpengaruh pada kesehatan, terutama pada organ reproduksi. Apalagi tahu bahwa pernah ada peneliltian yang hasilnya cukup membuat kaum pria bersepeda beresiko disfungsi ereksi.
Para pria yang rutin bersepeda jarak jauh rentan terkena gangguan berupa disfungsi ereksi. Kesimpulan yang diperoleh setelah meneliti sekitar dua ratus enam puluh peserta kegiatan bersepeda jarak jauh yang digelar rutin setiap tahun. Para pesepeda itu bisa menempuh jarak hingga 540 kilometer setiap kali mengikuti acara tersebut. Sekitar 22% dari pesepeda mengaku merasakan keanehan pada organ reproduksinya. Mereka mengalami mati rasa pada penis dan terjadi selama sepekan setelah mereka mengikuti kegiatan bersepeda. Tak hanya itu, sebagian peserta juga mengaku mengalami impotensi. Sebagian dari mereka mengalami gangguan ini selama satu bulan setelah bersepeda. Kasus semacam ini tak hanya menimpa para pesepeda professional, tapi juga pesepeda amatir.
Salah satu gejala yang biasa dialami para pesepeda adalah timbulnya rasa kebas dijemari tangan mereka yang kemudian diikuti dengan masalah disfungsi ereksi secara temporer. Kami menyarankan agar para pesepeda memperbaiki posisi mereka saat duduk diatas sadel, mengurangi intensitas bersepeda dan melakukan istirahat panjang di sela bersepeda jarak jauh.
Atlet yang paling sering berlatih sepeda mengalami gangguan morfologi sperma paling buruk. Rendahnya jumlah sperma ini mempengaruhi kesuburan mereka. Risiko gangguan yang terhadap kualitas sperma semakin tinggi pada pria yang sering memakai celana ketat saat bersepeda. Celana ketat akan meningkatkan suhu di daerah testis. Hal ini berpotensi mengganggu produksi dan kualitas sperma. Tidak usah takut, justru manfaat bersepeda sangat banyak untuk kesehatan. Potensi-potensi gangguan pada organ reproduksi bisa terjadi jika aktivitas fisik bersepeda dilakukan secara berlebih. Kalau cuma bersepeda sepekan sekali, dengan jarak tempuh yang pendek, dan durasi yang singkat tidak masalah.
Adapun gejala-gejala seperti kebas serta rasa panas di pangkal paha, selangkangan dan pantat yang biasa dialami pesepeda terjadi akibat adanya tekanan pada saraf-saraf kecil di daerah perineum (antara pantat dan penis). Tekanan ini muncul karena bentuk sadel sepeda yang terlalu tipis dan kecil. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman itu, disarankan agar pria yang rutin bersepeda jarak jauh atau menggunakan sepeda untuk bekerja (bike to work) tak memforsir diri. Setiap dua jam sekali berhenti, istirahat, melalukan peregangan. Jika dipaksakan, dikhawatirkan akan terjadi iritasi akibata gesekan terus menerus di bagian selangkangan. Iritasi ini yang bisa menjadi sumber masalah bagi organ-organ tubuh.
Beberapa kasus memang menyebutkan ada gangguan berupa rasa kebas di bagian selangkangan setelah bersepeda. Namun, kondisi ini belum tentu menjadi penyebab impotensi dan penurunan jumlah sperma pada pria. Risiko disfungsi ereksi justru lebih besar terjadi pada pria yang tak pernah berolahraga dan sering duduk lebih dari delapan jam dalam sehari.
Seperti dimuat di KORAN TEMPO – Jumat, 13 Juli 2018

English
Bahasa

